Manajemen Kas dan Efek


MANAJEMEN KAS dan EFEK

A.     Pengertian Kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar), yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan.
Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah, dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb)

B.     Pengertian Surat Berharga
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran ini tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ke tiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang untukpemegang surat itu.

C.     Mengapa Perlu Menahan Kas dan Surat Berharga ?
Kas dan surat berharga dibahas bersama-sama karena surat berharga dapat secara cepat dialihkan menjadi uang tunai hanya dengan biaya transaksi yang kecil saja. Jadi surat berharga bias dianggap sebagai suatu bentuk kas pendukung.
Ada 4 motif pokok yang mendasari perusahaan dan perorangan untuk memiliki kas dan surat berharga, yaitu :
  •  Motif Transaksi
  • Motif Berjaga-jaga
  • Motif Memenuhi Kebutuhan di Masa Depan
  • Motif Memenuhi Saldo Kompensasi

D.     Fungsi Surat Berharga
  • Sebagai bukti surat hak tagih
  • Alat memindahkan hak tagih
  • Alat pembayaran
  • Pembawa hak
  • Sebagai alat memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah dan sederhana)

E.      Tujuan Perusahaan Menyimpan atau Membutuhkan Kas (John Maynard Keynes) :
a.      Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasai usaha perusahaan)
b.      Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dann keluar yang tidak konyinyu dan sulit diperkirakan)
c.       Kebutuhan kas untuk brspekulasi

F.      Aliran Kas dalam Perusahaan ada 2 , yaitu :
  • Aliran kas masuk (cash inflow)
  • Aliran kas keluar (cash out flow).

Aliran kas ada yang kontinyu dan ada yang tidak kontinyu (intermittent).
·        Aliran kas masuk kontinyu (misalnya hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang. Aliran kas masuk intermittent (misalnya pendapatan dari penyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjualan AT yang tidak terpakai).
·        Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas untuk pembelian bahan mentah, gaji karyawan) aliran kas keluar intermittent (misalnya pengeluaran untuk pembayaran dividen, bunga, pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian AT).

G.     Faktor  yang Mempengaruhi Besarnya Sediaan Kas
·        Kas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin tinggi tingkat jumlah kas maka perusahaan semakin likuid (sebaliknya).
·        Jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada standar umumnya, tetapi telah terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh H.G Guthmann bahwa jumlah kas yang ada di perusahaan yang “well finance” hendaknya tidak kurang dari 5%-10% dari jumlah aktiva lancer.
·        Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan). Perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover). Makin tinggi turnovernya makin baik karena berarti makin efisien penggunaan kasnya.
·        Seperti halnya sediaan, kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan minimal yang disebut sebagai “safety cash balance” (merupakan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu.
·        Faktor yang memenuhi besar kecilnya persediaan bersih kas :
1.      Perimbangan antara aliran kas masuk dan kas keluar
2.      Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan
3.      Adanya hubungan yang baik dengan bank

H.     Model Saldo Kas / Model Manajemen Kas
  • 1.      Model Persediaan (Model Baumol)
·        William Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan akan mengalami kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi yang lain yang lebih menguntungkan (sebaliknya).
·        Konsep pemesanan sediaan yang paling ekonomis (EOQ / Economic Order Quantity) bertujuan untuk meminimimkan biaya persediaan (biaya simpan dan biaya pesan).
Persamaan untuk  EOQ (Q) = (2Os/C)1/2
Persamaan untuk kas optimal (C*)=(2 F D / k) ½
KET : D = Total jumlah tambahan kas yang diperlukan setiap periode perencanaan (per tahun)
C = Jumlah yang diperoleh dari penjualan sekuritas atau peminjaman (Saldo Kas)
F = Biaya tetap dari penjualan sekuritas atau peminjaman
K = Tingkat pendapatan bunga yang hilang (biaya kesempatan) karena memegang kas
Biaya Kesempatan  = (C/2) k
Biaya Transaksi        = (D/C) F
  • 2.      Model Miller dan Orr
·        Miller dan Orr mengasumsikan bahwa aliran kas masuk dan keluar tidak konstan (berfluktuasi). Miller dan Orr menentukan batas pengendalian atas dan batas pengendalian bahwa serta saldo kas yang ditargetkan.
·        Rumus yang disajikan Miller dan Orr

Z =

KET :   = Biaya tetap untuk melakukan transaksi
σ2 = Variance arus kas masuk bersih harian
i   = Bunga harian untuk investasi pada sekuritas

·        Asumsi Miller dan Orr
1.      Aliran kas harian random dan sulit diramalkan
2.      Transfer dari dank e sekuritas epat
3.      Tren musiman dan siklis tidak dipertimbangkan
4.      Biaya pembelian dan penjualan sekuritas tetap
5.      Struktur termin tingkat bunga flat dan tingkat bunga tidak berubah

  • 3.      Model Beranek
·        Dalam buku Analysis for Financial Decisions, Beranek (1963) , Pendekatan yang dilakukan Beranek berbeda dengan Baumol dalam hal Beranek memperhitungkan distribusi probabilitas bagi arus kas yang diharapkan dan satu fungsi biaya atas kehilangan kesempatan memperoleh potongan kas, serta merosotnya kepercayaan pihak pemberi kredit bila perusahaan kekurangan kas. Yang merupakan variable keputusan dalam model Beranek ini adalah alokasi dana untuk kas dan investasi surat berharga pada awal periode. Penarikan dari surat berharga dianggap hanya bisa terjadi di akhir periode.
·        Menurut Beranek, dalam menganalisis permasalahan manejemen kas, pengeluaran kas dianggap terjadi sekali-kali dan bias dikendalikan secara langsung oleh manajemen sementara pemasukan kas dianggap sulit dikendalikan dan terjadi terus-menerus.
·        Probabilitas kumulatif dari kekurangan kas sama dengan rasio d/a , di mana d = hasil pengembalian atas portofolio investasi, dan a adalah biaya tambahan untuk setiap dollar kekurangan kas.

I.        Perbandingan antara Model
Perbedaan pokok antara model-model diatas terletak pada berbagai biaya yang berpengaruh pada keputusan yang harus diambil.
  • Model Baumol dan Miller-Orr menekankan pada biaya-biaya yang timbul karena transfer dari kas ke portofolio investasi, dan sebaliknya. Kedua model ini mengabaikan alternative meminjam dan memusatkan pada pencairan surat berharga dalam rangka menutup pengeluaran kas. Sedangkan,
  • Model Beranek lebih menekankan pada biaya-biaya yang timbul sebagai akibat kekurangan kas (biaya pinjaman dari satu segi), sementara biaya transaksi hanya dipertimbangkan secara tidak langsung. Model terakhir ini mengabaikan alternative pencairan surat berharga untuk menutup pengeluaran kas.

Dari ketiga model ini , model yang paling mudah diterapkan adalah model Miller dan Orr, karena aturan-aturan mainnya sangat sederhana.


REFERENSI

Thomas E. Copeland, J. Fred Weston. 199. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer